Novel Yang Menguak Masa Kecil Aburizal Bakrie
Bukan politisi kalau tidak pandai memanfaatkan momentum. Kadar kepiawaian seorang politikus salah satunya diukur oleh yang satu ini. Bak penari, baru dinilai handal jika mampu mengikuti irama gendang.
Saat tampil dalam seminar Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (IKA UII) baru-baru ini, Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie memanfaatkan forum tersebut untuk membagikan novel yang berjudul ‘Anak Sejuta Bintang’.
Seminar itu sendiri seperti berubah menjadi ajang politik, karena Aburizal secara terang-terangan meminta Ketua IKA UII Mahfud MD yang juga Ketua Mahkamah Konstitusi untuk bergabung bersama, lewat Golkar, menjadi pemimpin nasional.
Novel tersebut terinspirasi dari kehidupan masa kecil dan remaja Aburizal Bakrie, terutama menjelang masuk Taman Kanak-Kanak (1951), semasa belajar di Sekolah Rakyat (SD) (1952-1958), sampai menjelang Sekolah Menengah Pertama di sekolah yang dikelola Yayasan Perwari.
Meski terinspirasi oleh kehidupan masa kecil Aburizal, sampul novel karya Akmal Nasery Basral tersebut tidak menampakkan sosok Ical-panggilan akrabnya, seperti kebanyakan biografi orang-orang ternama, justru seorang ibu yang sedang menemani dan menuntun anaknya menyaksikan gemerlap jutaan bintang di luar angkasa.
Sang Ibu seperti ingin memotivasi anaknya agar menggantungkan cita-citanya setinggi bintang, berbuat seperti bintang yang menerangi kegelapan dan menjadi navigasi bagi yang lain.
Sampul novel tersebut sejalan dengan pesan moral yang ingin disampaikan, yakni kekuatan orang tua, ayah dan ibu, yang membesarkan anaknya dengan keteladanan, kasih sayang, ketegasan, dan perhatian yang tulus. Hasilnya adalah seorang yang sukses menjadi pengusaha sekaligus politisi.
“Novel ini sejatinya mengisahkan periode pembudayaan seorang Ical” kata Presiden Ketiga RI BJ Habibie dalam sambutannya di novel tersebut.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ical sebagai Ketua Umum Golkar memiliki peluang untuk maju sebagai capres dalam pilpres 2014. Dia merasa perlu untuk memperkenalkan siapa dirinya, tidak terbatas pada kesibukannya saat sudah ‘menjadi orang’, tapi masyarakat juga perlu tahu bagaimana masa kecilnya dulu.
0 comments:
Post a Comment